Pages

Thursday, February 3, 2011

Antara Bangku Kuliah Dan Entrepreneur

(Dari Sebuah Milis)

Banyak orang yang bertanya sebetulnya apa dan alasan saya untuk DO dari universitas, dan mengapa jika sudah terlanjur jalan kuliah tapi tidak diselesaikan, apakah itu bukan mubazir dan terkesan setengah2 namanya ?

Untuk menjawab pertanyaan dan dilema ini, saya mencoba memberikan sharing dari sudut pandang yang sedikit berbeda.

Selama masa 3 semester saya di kuliah, saya menemukan bahwa sesungguhnya kuliah itu menjemukan sekali.
Misalkan satu mata kuliah, intinya itu sebetulnya singkat. Tapi diputar2 dan lama sekali.

Bayangkan jika kita duduk setiap harinya selama 5-7 jam selama 6 bulan untuk menyelesaikan 1 semester, yang belum tentu dipakai di dunia sebenarnya. Juga waktu yang dihabiskan mubazir.

Selain itu dosen2 yang sudah sampai s3 pun, maaf tidak banyak yg berkebebasan finansial. Jadi hal ini seperti dilema sebetulnya.

Di lain sisi kuliah diperlukan, selain mindset masyarakat akan gelar, juga pada umumnya lulusan kuliah cara bicaranya, pola pikirnya berbeda dari mereka yang tidak kuliah. Hal ini tidak bisa dipungkiri oleh para kaum intelek.

Nah apa cara untuk menjembatani kedua dilema itu ?

Hal ini saya temukan sejak semester 3 itu, tepat setelah saya DO, saya langsung mengambil training dan seminar.

Sejak dulu, saya ingin mengetahui apa rahasia perusahaan besar2 di dunia, para eksekutifnya menggunakan teori2 manajemen apa saja untuk membangun bisnis berskala internasional.

Dan ini sama sekali tidak diajarkan di S1 manapun, jika diajarkan pun hanya kulit luarnya dan tidak mendetail.

Sekarang kita ambil contoh : untuk menyelesaikan kuliah selama 3,5 tahun diperlukan biaya 200 juta misalnya.

Ingat ya teman2 sekalian, membutuhkan waktu 3.5 tahun (sudah berumur 22 tahun), dan saat mencari pekerjaan, lulusan s1 dengan ipk tertinggi mendapatkan gaji awal paling tinggi 5 juta (inipun sangat jarang). Ini untuk lulusan lokal.

Sekarang dari jatah uang kuliah itu dipergunakan untuk mengambil sertifikat training manajemen, misalkan : six sigma (green belt). Yang biayanya selama 6 hari = 15 juta. Dalam six sigma, ada green belt, black belt, dan master black belt.

Tahukah anda, hanya dengan modal sertifikat green belt itu, anda melamar pekerjaan di bagian produksi perusahaan besar manapun. Persentase baik penerimaan, pengakuan, dan gaji itu lebih tinggi dibanding lainnya. Anggap saja untuk awalnya berkisar 3-5 juta. Jika terbukti berbakat, pasti akan naik, dan umumnya biaya training black belt akan disponsori oleh perusahaan.

Sekarang jika anda mengambil sertifikat lain bertema supply chain dari Prasetya Mulya yang disponsori oleh ITC, lembaga supply chain internasional yang membantu negara2 berkembang memoles suppy chain (pengadaan barangnya). Sertifikat ini diakui dunia internasional.

Penasaran ga sih bagaimana Fedex itu bisa membuat supply chain yang begitu sempurna, dengan armada pengiriman paket dalam semalamnya. Atau contoh paling mudah, bagaimana cara Carrefour yang memiliki ratusan cabang di seluruh Negara, bisa mengatur pengadaan barangnya tanpa masalah ? Inilah yang anda pelajari di sana.

Lalu anda melamar pekerjaan dengan modal 2 sertifikat ini. Sekali lagi nilai anda bertambah. Lalu mengambil training2 lain seperti lean management, expor impor, Hrd, dsb. Hingga modal 200 juta untuk kuliah terpakai habis.

Di saat anda sudah tahu bagaimana Carrefour menjalankan perusahaannya, bagaimana proses produksi internasional dengan persentase 99,99996% produk tanpa cacat. Saya ingin bertanya, apakah lulusan kuliah biasa bisa menyaingi anda ? Tentu saja, mereka tertinggal jauh oleh anda.

Saat mereka baru saja lulus, anda sudah membekali diri dengan pengetahuan yang belum mereka dapatkan (ilmu dan sertifikat) dan sudah memiliki pengalaman bekerja di perusahaan besar.

Malah ada saja, yang lulusan kuliah tapi pengangguran, bahkan dihargai kerja kerasnya hanya 1,5 juta. Ini sungguh menyedihkan.


Untuk training keunggulannya adalah :

- Tidak didapatkan di kuliah, jika iyapun hanya kulit luarnya. Lagipula kalau tahupun untuk apa ? tidak ada sertifikatnya, perusahaan bagaimana percaya ?
- Mempersingkat waktu belajar. Langsung ke intinya, dan bisa dipraktekkan.
- Training hanya beberapa hari saja. Di sela2 waktu, bisa anda gunakan untuk membaca buku sebanyak2nya, dan sambil bekerja.
- Sertifikat, terutama diakui internasional. Ini adalah bukti konkrit anda telah melewatinya.

Itulah alasannya mengapa saya DO, sama sekali bukan karena saya tidak suka belajar / stengah2. Saya hanya mempelajari Dilema2 di dalam kehidupan ini, dan mencoba melakukan dengan lebih baik, tanpa harus mengikuti barisan tentunya.


Semoga memberikan sudut pandang berbeda untuk para pembaca sekalian, dan intisari dari artikel ini sebetulnya adalah : kalo saja anda sudah memiliki semua pengetahuan/skill itu untuk apalagi melamar pekerjaan ? sebaliknya, jalankan usaha anda dengan menggunakan segala pengetahuan itu. Kira2 akan sampai di mana nantinya anda ? ^^

Best Regards,
Cen Yie Yang